Minggu, 26 Juli 2020

Zainab binti muhammad






ZAINAB Binti MUHAMMAD*
PUTRI SULUNG RoSULULLoH

*_Kisah cinta sejati yg perlu diteladani_*

Sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi rosul, Abul Ash bin Robi' menghadap beliau. 

"Saya ingin menikahi Zainab, putri sulung Anda"
Sebuah contoh kesantunan dan tatakrama.

Nabi Muhammad. menjawab, "Aku tak mau melakukannya sebelum meminta izin padanya". 
(Sesuai syariat yang nanti akan diwahyukan kepadanya).

Nabi menyampaikannya pada Zainab. "Anak pamanmu mendatangiku dan menyebut-nyebut namamu. Apakah engkau rela ia menjadi suamimu?"

Wajahnya memerah dan ia tersenyum. Malu-malu.

Nabi kemudian menikahkan Zainab dengan Abul Ash. Bermulalah dahsyatnya sebuah kisah cinta. Dari pernikahan berkah ini lahirlah Ali dan Umamah.

Tiba masanya muncul sebuah masalah baru.

Yaitu, terkait diutusnya Nabi Muhammad sebagai Rosul Alloh. Saat itu Abul Ash sedang bepergian beberapa saat lamanya. Ketika ia kembali, Zainab sudah memeluk Islam dan mengimani risalah yg dibawa ayahnya. Abul Ash pun mengetahuinya.
Zainab berkata, "Aku punya sebuah berita besar untukmu".

Abul Ash berdiri, lalu meninggalkan Zainab.
Zainab mengejarnya, kemudian ia berkata:
"Ayahku diutus sebagai nabi dan aku telah memeluk Islam."

Abul Ash menjawab, "Bagaimana sikapmu? Beritahu aku!"

Zainab menimpali, "Aku takkan mendustakan ayahku. Karena ia bukan pendusta. Ia adalah orang jujur dan sangat dipercaya. Bukan hanya aku yang berislam kepadanya. Ibuku dan saudara-saudaraku juga melakukannya. Ali bin Abi Thalib sepupuku juga beriman. Anak bibimu, Usman bin Affan juga memeluk Islam. Sahabatmu Abu Bakar juga menyatakan Islam".

Kalau Aku…. kata Abul Ash.
"Aku tak mau nanti orang-orang mengatakan Abul Ash menghinakan kaumnya, kafir dengan nenek moyangnya demi istrinya. Ayahmu pasti akan tertuduh. Mohon maaf. Hargailah sikapku?"
Sebuah dialog cinta yang jauh dari memperturutkan ego dan gengsi.

Zainab tersenyum, "Jika bukan aku, siapa lagi yang akan memaklumimu? Tapi suamiku, aku adalah istrimu. Aku ingin membantumu dalam kebaikan hingga engkau bisa memutuskannya dengan benar."

Zainab membuktikan kata-katanya selama 20 tahun. Ia bersabar. Setia dengan cintanya. Setia dengan akidahnya.

Abul Ash tetap berada dalam sikapnya. Hingga sampailah saat hijrah nabawi. Zainab menghadap ayahnya.

"Ya Rosulalloh, mohon izin aku ingin menetap bersama suamiku." Bukti cintanya yang sangat dalam. Dan Nabi mengizinkannya dengan penuh sayang.

Zainab menetap di Mekah. Saat terjadi Perang Badar, suaminya memutuskan bergabung berperang bersama pasukan Quraisy. Menarget Nabi Muhammad dan kaum muslimin.
Suaminya memerangi ayahnya.

Bermalam-malam ia menangis dan merintih, tenggelam dalam duka. Ia panjatkan doa dan bermunajat penuh kepasrahan.

"Ya Alloh… aku takut jika setiap matahari terbit akan menerima kenyataan bahwa anakku menjadi yatim atau aku kehilangan ayahku…"

Abul Ash bertempur masih dengan keyakinanya. Meski ia sendiri tak benar-benar yakin akan sikapnya.
Usailah pertempuran Badar. Abul Ash tertawan. Beritanya sampai ke Mekah.

Dengan penuh cemas ia menanyakan tentang kabar ayahnya
"Kaum Muslimin menang" ia mendapat kabar demikian.
Ia bersujud pada Alloh, mensyukuri karunia-Nya.
Ia juga bertanya berita tentang suaminya.

Mereka menjawab, "Ia ditawan oleh mertuanya."
Ia bergegas ingin menebus suaminya. Ia kirimkan kalung perhiasan.
Ia tak punya apa-apa yang berharga selain perhiasan dari ibunya yang ia kenakan. Perhiasan yang selalu melekat di dadanya. Kalung itu kemudian dibawa saudara kandung Abul Ash menghadap Rosululloh.

Nabi Muhammad terhenyak ketika melihat kalung istrinya, Khadijah yg sangat dikenalnya.

"Tebusan siapa ini ?"

"Tebusan Abul Ash bin Rabi`"

Ada tetesan air mengalir dari pelupuk mata beliau, seraya berbisik pelan, "Ini adalah kalung Khadijah." Sebuah ungkapan kesetiaan yang terpatri dalam hati. Tak luntur meski jasad pemiliknya sudah bertahun-tahun terpendam dalam tanah.
Beliau kemudian berdiri dan berkata, "Wahai manusia… Lelaki ini tidak aku cela sebagai menantu."
Sebuah narasi pengakuan dan sikap adil yang nyata.

"Mengapa kalian tak bebaskan ia dari tawanan ? Mengapa kalian tak mengembalikan kalung tebusan nya kepada Zainab ?"

Para sahabat menjawab , "Labbaik, wahai Rosululloh"
Kesantunan dan ketaatan tertulis dalam sejarah.

Nabi kemudian memberikan kalung tersebut kepada Abul Ash dan berkata, "Sampaikan kepada Zainab agar jangan mengabaikan kalung Ibunya, Khadijah." Sebuah pesan cinta dan kesetiaan yang dahsyat.

Nabi berkata, "Wahai Abul Ash aku sampaikan sebuah rahasia."
Kemudian Abul Ash mendekati Rasulullah

"Wahai Abul Ash. Sesungguhnya Allah sudah memerintahkan kepadaku untuk memisahkan antara perempuan muslimah dan orang kafir. Maka, kembalikanlah putriku kepadaku!"

Dengan penuh penghormatan Abil Ash berkata, "Siap. Aku akan melakukannya!"

Zainab keluar rumah menuju gerbang kota Mekah hendak menyambut jantung hatinya. Sabar ia tunggu kedatangan suaminya.
Abul Ash terlihat. Tak lama kemudian ia mendekat. Suaminya membisikinya. "Aku akan pergi"

"Ke mana?" pendar mata binar Zainab kembali meredup
"Bukan aku, tapi Engkau yg pergi. Aku berjanji menyerahkanmu pada ayahmu!"
"Mengapa?"
"Untuk memisahkan antara aku dan dirimu. Kembalilah pada ayahmu!"
Abul Ash menepati janjinya.

"Mengapa engkau tak membersamaiku saja. Masuklah Islam" Zainab membujuk penuh harap, penuh cinta.

Dan Abul Ash tetap pada pendiriannya. Zainab pun meninggalkan Mekah. Meninggalkan suaminya. Menaati perintah Alloh dan ayahnya. Ia hijrah ke Madinah membawa anak-anaknya.
Sejak saat itu, selama 6 tahun silih berganti para lelaki melamarnya. Namun, Zainab tak pernah berkenan menerima. Ia tetap setia menunggu cintanya yang tertinggal di Mekah. Bersama sekeping harap agar mantan suaminya datang menghadap ayahnya dan membersamainya kembali seperti sedia kala.

Setelah tahun-tahun sulit. Menjelang terjadinya Fathu Makkah, Abul Ash sebagaimana biasa ia melakukan perjalanan, berdagang ke negeri Syam.

Dalam perjalanan pulang ke Mekah ia bersama kafilah dagang Quraisy membawa 100 ekor unta dengan 170 orang. Mereka terendus oleh pasukan mata-mata umat Islam. Mereka pun akhirnya ditawan. Namun, Abul Ash berhasil kabur, lenyap dan menghilang.

Abul Ash berlindung di balik kegelapan malam yang semakin gelap serta larut. Ia mengendap-endap memasuki kota Madinah. Bersembunyi beberapa saat.

Menjelang fajar ia semakin mendekat. Rumah Zainab yang ditujunya. Inilah tsiqoh, sebuah kepercayaan.

Zainab bertanya, "Apakah Engkau datang dalam keadaan muslim?"

Abul Ash menjawab, "Bukan. Aku kabur!"

"Mengapa engkau tidak berislam saja"

"Tidak"

Abul Ash meminta jaminan dan perlindungan. Dan Zainab bersedia melindungi. Menjamin dirinya.

"Jangan takut, anak bibiku. Selamat datang wahai Abu Ali dan Abu Umamah"

Rosululloh saw. berdiri di mihrab, mengimami kaum muslimin Shalat Fajar berjamaah. Beliau mengucapkan takbiratul ihram, para makmum di belakang beliau juga bertakbir. Saat itu dari shaf jamaah perempuan, Zainab mengangkat suaranya. Ia berkata, "Aku Zainab binti Muhammad, telah memberi jaminan kepada Abul Ash, maka lindungilah dia."

Ketika selesai shalat, Nabi Muhammad menoleh kepada para jamaah dan bertanya, "Apakah kalian semua mendengar seperti yang aku dengar?"

Mereka menjawab, "Ya, wahai Rosululloh."

Nabi Muhammad bersabda, "Demi Dzat yang diriku ada dalam genggaman-Nya. Aku tidak tahu kecuali apa yang aku dengar, seperti yang kalian dengar. Sungguh orang yang paling lemah di antara kaum muslimin telah memberi perlindungan."

Nabi berdiri menyeru, "Wahai para manusia. Sungguh terhadap lelaki ini sebagai menantu saya tidaklah mencelanya.Menantuku ini telah berbicara denganku dan ia membenarkanku, ia memberi janji dan ia menunaikan janjinya terhadapku".

Penuh khidmat dan hening para sahabat Nabi mendengarkannya.

"Bila kalian setuju untuk mengembalikan hartanya dan membiarkannya pulang ke negerinya, maka ini lebih aku sukai. Tetapi bila kalian menolak, maka semua urusan kuserahkan kepada kalian, keputusan ada di tangan kalian. Saya takkan memprotesnya."

Inilah musyawarah. Beliau tidak menggunakan otoritas kepemimpinannya.

"Kami bersedia menyerahkan kembali hartanya" para sahabat menyetujui Rosululloh. Dan inilah adab dan kesantunan sebagai balasan keteladanan dan tawadhu pemimpin.

Lalu Nabi bersabda, "Wahai Zainab, kita telah memberi perlindungan kepada orang yang engkau beri perlindungan dan jaminan."

Lalu Rosululloh membersamai putrinya ke rumahnya, "Wahai Zainab ! Hormatilah Abul Ash. Dia itu putra bibimu, dia adalah ayah dari anak-anakmu. Tetapi jangan dekati dia, itu tidak halal bagimu." Syariat dipraktekkan dan dipadu dengan akhlak mulia serta kasih sayang.

Zainab menganggukkan kepala, "Labbaik, wahai Rosululloh."

Zainab menemui Abul Ash bin Rabi' dan berkata, "Perceraian kita telah menyulitkan kita. Maukah engkau masuk Islam dan tinggal bersama kami ?"
Harapan dan cinta menyatu, keluar dari bibir putri manusia termulia. Namun, Alloh belum mengabulkannya.

Abul Ash mengambil hartanya dan pulang menuju Mekah. Sesampai di kota Mekah ia berkata kepada penduduk Mekah, "Wahai penduduk Mekah, terimalah harta kalian. Apakah masih ada yang kurang?"

Mereka menjawab, "Semoga Alloh membalas kebaikan kepadamu. Engkau telah menunaikan amanah dengan sangat baik."

Abul Ash berkata, "Aku sungguh bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali Alloh dan bahwa Muhammad adalah Rosul-Nya."

Bergegas, Ia pun pergi berhijrah menuju Madinah. Menjemput hidayahnya. Menyusun kembali kepingan cinta dan kesetiaannya.

Ketika waktu fajar, ia memasuki kota Madinah. Ia bergegas menghadap Nabi. Dia berkata, "Wahai Rosululloh, kemarin Engkau memberi perlindungan kepadaku. Kini, saksikanlah aku datang dan bersaksi bahwa tiada tuhan melainkan Alloh dan bahwa Muhammad adalah utusan-Nya."
Abul Ash melanjutkan, "Wahai Rosululloh, apakah engkau memberi izin kepadaku untuk kembali (ruju') kepada Zainab?"

Nabi memegang pundak Abul Ash dan berkata, "Mari berjalan bersamaku."

Beliau ke rumah Zainab, mengetuk pintu dengan penuh bahagia, "Anakku, Zainab. Ini anak bibimu datang kepadaku. Dia meminta izin kepadaku untuk kembali kepadamu. Bersediakah engkau?"

Maka, nampak muka Zainab kemerahan seraya tersenyum. Malu-malu. Pertanda rela, ungkapan persetujuannya.
Seisi Madinah gegap gempita, menyambut bahagia. Merayakan pertemuan cinta dan kesetiaan. Langit cerah, seputih ketulusan cinta Zainab.

Namun, ini bukan akhir sebuah kisah…

Setahun kemudian, Zainab putri Rosululloh dipanggil oleh Alloh. Ajalnya telah sampai.
Isak tangis kesedihan Abul Ash terdengar. Menyayat siapa saja yang mendengarnya. Para sahabat menyaksikan.

Rosululloh mengusapnya. Turut merasakan kesedihan yang mendalam. Menerima takdir Alloh dengan penuh keimanan.

Suara berat Abul Ash menyeruak, "Wahai Rosululloh aku tak mampu hidup tanpa Zainab"

Dan benar, setahun kemudian ia menyusul kekasihnya.

Menghadap Alloh subhรขnahu wa ta'รขlรข

Itulah kisah tentang cinta dan kesetiaan. Bersyukurlah, Alloh telah karuniakan perempuan baik mendampingimu. Rawatlah cintanya. Ajaklah membangun istana cinta di dunia. Kelak Alloh akan membalasmu dengan karunia cinta yang abadi, kesetiaan yang tak pernah luntur oleh masa.

Sabtu, 25 Juli 2020

Yang terlupakan





Copas dari wa upik revita

Seorang suami Bertengkar dengan istrinya dan pergi Meninggalkan Rumah. 

Saat berjalan tanpa tujuan Ia Baru Sadar bahwa Ia sama Sekali tidak Membawa uang.

Ia Lapar sekali, ingin makan.

Acong Pemilik Restoran melihat seorang laki laki separuh baya itu Berdiri Cukup lama didepan Restorannya, lalu Bertanya.

"Pak, apakah Engkau ingin Memesan makanan?"

"Ya, tapi aku tidak Punya Uang,"
jawab laki laki itu dengan malu-malu. 

"Tidak Apa-apa, aku Akan Memberi Gratis".

Laki laki itu Segera Makan. 

Kemudian air Matanya mulai Berlinang. 

"Ada apa Pak ?"
tanya Acong Pemilik Warung. 

"Tidak apa-apa, Aku Hanya terharu Karena Seorang yang Baru Kukenal Memberi aku makan sedangkan istriku telah Mengusirku dari rumah.

Kamu seorang yang Baru Kukenal tapi Begitu Peduli Padaku.

Acong Pemilik warung itu Berkata ;
"Pak, mengapa kau Berpikir Begitu *Renungkan hal ini,* Aku Hanya Memberimu semangkok bakmi & Kau begitu Terharu, ... Sedangkan ...
Istrimu telah Memasak nasi lauk, dll mengurus anakmu Setiap Hari sampai kamu setua ini dari seorang pemuda dan mengurus anakmu hingga dewasa,
 *Harusnya kamu Berterima Kasih Kepadanya ..."* 

Laki laki itu Kaget Mendengar Hal tersebut. 

Mengapa untuk semangkok bakmi dari *orang yang Baruku Kenal* aku Begitu Berterima Kasih,
... Tapi ...
 *Terhadap Istriku* yang Memasak Untukku dan mengurus anakku selama 

*Bertahun-tahun* ,
 *Aku tak Pernah Berterima Kasih* .

Laki laki itu Segera Bergegas Pulang 

Begitu Sampai di Ambang Pintu rumah,
ia Melihat Istrinya dengan Wajah Cemas.

Ketika Melihat suaminya,
Kalimat Pertama-tama yang Keluar dari Mulutnya adalah 

*"Mas.., Kau sudah Pulang, Cepat masuk, aku Telah Menyiapkan Makan Malam."* 

Mendengar Hal itu,
si Laki laki tidak dapat Menahan Tangisnya  dan *Menangis* dihadapan Istrinya .

Sahabatku, 
Kadang Satu Kesalahan, Membuat kita *Begitu Mudah Melupakan Kebaikan* yang Telah kita Nikmati tiap hari.

Sekali Waktu kita Mungkin akan Sangat Berterima Kasih untuk Suatu Pertolongan Kecil yang Kita Terima. 

Namun kita *sering tidak Sadar & Lupa Berterima Kasih Akan Kebaikan-kebaikan* dari Orang-orang yang Sangat Dekat Dengan Kita.

Berterimakasih lah Kepada :
*Ayah - Ibu* ... kita
*Istri / Suami* ... kita
*Pegawai Rumah Tangga* ... kita
*Pegawai di kantor* ... kita
*Office boy di kantor* .... kita
*Semua Orang orang Terdekat* dengan kita

Hidup itu Indah, *kalau kita Pandai* 
Berterima Kasih dan Bersyukur ... 
Belajar menerima apa adanya ...

Ketika *GELAP,* 
baru tersadarkan apa arti dari *TERANG.*  

Ketika *KEHILANGAN,* 
baru tersadarkan arti dari *MEMILIKI* 

Ketika *BERPISAH,* 
baru tersadarkan arti dari *KEBERSAMAAN* .

Kemarin sudah *TIADA,* 
besok belumlah *TIBA,* 
kita hanya punya *1* hari, yaitu *HARI* ini. 
Jangan sesali yang telah berlalu, itu *perbuatan sia-sia.* 

 *Syukuri* apa *yang telah dimiliki,* agar kebahagiaan selalu berada disisi kita

Dalam kehidupan *NYATA,* 
kadang kita suka mempermasalahkan hal yang *KECIL,* 
yang tidak *PENTING,*  sehingga akhirnya merusak *NILAI* yang *BESAR* .

Persahabatan yang *INDAH* selama puluhan tahun *BERUBAH* menjadi permusuhan yang *HEBAT* ,  karena *SEPATAH* kata *PEDAS* yang tidak *DISENGAJA* .

Keluarga yang *RUKUN* dan *HARMONIS* pun bisa *HANCUR* hanya karena perdebatan *KECIL* yang tidak *PENTING* .
yang *REMEH*  kerap dipermasalahkan,
tetapi yang lebih *PENTING* dan berharga *LUPA* dan *TERABAIKAN* .

Seribu *KEBAIKAN* sering tidak *BERARTI, TAPI SETITIK* kekurangan *DIINGAT* seumur hidup.

Mari belajar *MENERIMA* kekurangan apapun yang ada -dalam kehidupan kita-,
Bukankah tak ada yang *SEMPURNA* didunia ini ... ?

 *SEHATI* bukan karena saling *MEMBERI* ,
tetapi sehati karena saling *MEMAHAMI* . 

 *BETAH* bukan karena *MEWAH* , tetapi betah karena saling *MENGALAH* 

*INDAH* bukan karena selalu *MUDAH* 
tetapi *INDAH* karena dihadapi bersama setiap *KESUSAHAN* ...         
๐Ÿ™๐Ÿ˜‡

Semoga cerita ini bermanfaat ๐Ÿ‘Œ๐Ÿ‘Œ๐Ÿ‘Œ


Sabtu, 09 Mei 2020

Sansai oleh Adri Sandra





SANSAI 

Sapantun alang tabang tinggi
Malayok ka gunuang Sago
Hinggok di dahan batang dadok
Duri di kaki maincek lanak
Lah batahun musim baganti
Iduik nan indak barubah juo
Indak mangakeh indak mancatok
Sarupo ayam lapeh di parak

Ka bukik batanam sukun
Dulunyo samak sarang ula
Kini rimbo dek banalu
Hanyo sakali limo tahun
Baju di badan lai batuka
Diagiah urang jalang Pemilu

Ula banamo ula cindai
Jalan malato ka batu camin
Manuju tajun aia sarasah
Baju bagambar urang pandai
Nan ka duduak jadi pamimpin
Harok nagari ka barubah

Bak cando tabang buruang bondo
Tabang malinteh awan sabarih
Turun ka sawah tanaman padi
Tapi ditipak diri ambo ko
Iduik bak cando sampan tirih
Badayuang angok manjalang mati

Dangau Tingga, 2020)

Kamis, 23 April 2020

ENGKU MUDA RUAN BURIN oleh Hanifa


"Ado Tuk Lami?" tanyanya sambal jemari kirinya memainkan kunci mobil dan tangan kanan masuk ke kantong celana. Ia begitu gagah. Bahkan tampan seperti bintang filem. Tak lagi bujang kurus yang dulu sering kena cemooh dalam kampung sebelum pergi merantau. Rambutnya menjuntai di kening, dan bagian sudut matanya agak gelap. Jika Rafi Ahmad matanya sembab mungkin karena kurang tidur shooting terus, dia ini, Burin Tobieng, entah kenapa,....
Kualihkan pandang ke mobil mengkilapnya. Veloz metalik baru. Kuberpindah lagi ke roman mukanya. Bibirku akan bergerak hendak menyampaikan tentang Tuk Lami, tapi ia sudah menyambung tanyanya,"Tuk Lami, lai dirumah?"
Ia berjalan ke arahku. Kemejanya bergaris-garis panjang tangan. Celananya berbahan jean. Aku akan menjawab lagi, bah wa Tuk Lami sudaah tiada, ketika hidungku diserang bau parfum yang indah. Yang tak pernah tercium di pekan Sabtu atau pekan Kamis. Atau bahkan di pasar Payakumbuh. Bagai melati bercampur mawar. Lembut tapi menyungkup ke syaraf otak paling dalam. Terkesima.
"He iko Nafi kan, paja nan dulu mencongkong makan limaumanis depan surau Pelita?" ujarnya mendekat ke pintu teras. "Hak-syiiiimmm!!!!" lelaki tampan memegang kunci mobil itu bersin sambil mengarahkan wajahnya ke samping. Lalu segra mengeluarkan sapu tangan dari kantong kanan, dan melap hidungnya. Ingus jernih bergelintin di atas kumis tipisnya. Entah, aku tak tau pasti, yang dipegangnya itu sapu tangan atau handuk kecil, sebab terlihat rada tebal, dan warnanya pink seperti hellokitty. Eh iya, aku, belum menjawab satupun tanyanya.
Begitu dekat, ia mengulurkan tangan. Bersalaman. Ternyata tangan orang kota itu lembut, dingin, dan tak kasar. Beda dengan jemariku yang terbiasa memegang cangkul, parang dan arit serta terbiasa memegang batang pisang, batang padi dan sabut kelapa.
"Saya ingin bertemu Atuk. Saya mau bercerita panjang dengan beliau..." katanya, seperti sangat bersahabat.
"Atuk sedang pergi jauh," jawabku. BUrin itu tersentak. Bolehjadi ia memang belum tau, sebab kata orang, rantaunya jauh di pulau Dewata. Malah ada yang bilang, dia merantau cino, artinya hilang dan tak pulang-pulang. Tapi kenapa pula dia hendak bertemu dan bercerita dengan Atuk? Bukankah Atuk bukan orang penting, semacam penghulu, atau perangkat desa atau apalah-apalah? Atuk hanya guru mengaji bagi anak-anak sekitar kampung di surau, yang lantai suraunya dipenuhi onggokan padi di sudut ruang. Artinya selain guru mengaji, beliau adalah petani tulen. Tubuh beliau hitam kecil, tapi membajak sawah dengan bantuan sapi ternak, adalah aktifitas biasa. Dan maaf, bukankah dulu ketika Uda Burin ini remaja, ikut mengaji di surau, ia sering tak datang, minggat dan pernah pula ketauan mencuri ayam yang dipelihara Atuk? Buah salak Atuk di pinggir sawah, bukankah dia juga yang sering nyolong?
Yang juga teringat tentang Burin adalah ketika ia terpeleset melompat got pembatas halaman surau dengan kebun di bagian barat. Ia tidak menyangka bahwa jika tangannya meraba telur ayam yang sedang dierami induknya, nun di dalam sangkak bambu berjerami, ia akan segera digerayangi sejenis serangga kecil yang menggigit gatal. Dan ia juga tak mengira bahwa induk ayam yang mengeram akan mematuk dan 'berteriak' keras jika ada makhluk asing yang mengganggu. Burin sudah menggenggam dua telur, tapi ia ingin tiga dan empat,...lalu tangannya terasa pedih oleh hama dan patukan induk ayam yang heboh tiba-tiba. Burin segera membawa dua telur saja di genggaman dan lari. Lintang-pukang. Melompat got arah ke kebun bawah pohon bambu. Kakinya terpeleset dan telur tercampak. Tangannya menggapai. Dagunya tersangkut. Tapi ia tak hendak memekik minta tolong. Takut ketauan ia 'menyelamatkan' telur ayam yang tengah dierami. Tuk Lami, yang ayamnya diusik, hanya memandang wajahnya dengan lurus. Memegang bahunya. Mengusap kepalanya. Tanpa aura marah. Tanpa sinar mata benci. Lalu Burin tersungkur jatuh ke pangkuan Tuk Lami, minta maaf.....
Wahai teman, itu tentu bukan satu-satunya kejadian tentang Burin yang kuingat. Peristiwa lain adalah ketika shalat magrib di surau berjamaah, Tuk Lami memimpin jadi imam. Suara beliau khas. Lafaz alfatihah dan ayat-ayatnya mantap tebal. Yang pernah menjadi makmum, tentu tau. Bagi Burin lafaz dan tajwid tak penting. Bagi Burin yang penting adalah berteriak dari saf belakang ketika orang - orang serentak menyebut 'Aaamiin.." di ujung alfatehah. Burin malah spontan menjawab, "Amin ka poken Sotuuuu...".... Boleh jadi yang dimaksud Burin adalah Amin Simpang, yang biasa bersepeda ke pekan keramaian membawa ayam untuk diperdagangkan.... Namun aksinya itu membuat beberapa anak lain, terpingkal ketawa, tapi segera ditahan karena ini sedang shalat. Aduh, Burin!
Untungnya mulut Burin tak langsung di pukul Tuk Lami seusai shalat. Ia malah dipanggil setelah mengaji selesai sehabis Isya. Dan ia hanya beroleh nasehat, bukan jentikan jemari di telinga, atau pukulan rotan di kaki...
"Masuklah Uda dahulu. Kata orang Uda merantau jauh. Kapan Uda pulang? Sudah 'menjadi orang" Uda tentu kini?" saya mempersilakan dia masuk. Melebarkan buka daun pintu. Dan menggeser kursi tamu yang terbuat dari rotan lusuh kuning.
"Tapi Tuk Lami lai sadieng di rumah kan? Atau..." dia mengekspresikan roman muka ragu dan kawatir.
"Iyo. Beliau sudah dahulu, meninggalkan kami. Allahummghfirlahu warhamhu..."
"Oh. Ha kan betul firasatku..." ujarnya terhenti. Tapi mungkin karena rindu dengan Tuk Lami, atau ingin mengenang surau tempat dulu ia 'berkiprah' semasa kecil, Burin akhirnya masuk dan menempatkan badan besarnya di kursi. Bunyi rotan ditekan puluhan kilogram, berdenyit meliuk. Dan ia kembali berucap,...
"Lah lamo den marantau. Lah jauah jalan ditempuh. Tapi kenangan ke surau ini, masih tersisa. Bahkan terkadang menggeliat keras,..."
Saya belum menanggapi dengan kata-kata. Namun perhatian saya seriuskan pada mimik dan gestur bola matanya. Merasa didengarkan, ia kembali menyambung.
""Beban hidup sekarang makin berat. Anak-anak banyak kebutuhan. Ibunya sudah pergi. Eh, entah ibunya yang pergi, entah saya yang menghindar. Setelahnya, den lah kawin ssekali lagi,...tapi tak lama. Dia meninggal ketika melahirkan anak. Seterusnya, saya membesarkan bayi dengan centang parenang. Menikah lagi, tapi tak pula lama umurnya. Berpisah. Kawin, pisah, kawin-pisah, bahkan akhirnya ada yang seumur jaguang saja lamanya......"
Dia berhenti. Tapi saya tak hendak mengalihkan tatapan. Tetap serius mendengarkan. Dengan mimik yang empati.
"Kini sudah tak jelas lagi, apakah saya ini statusnya bekeluarga atau tidak. Saya hibur badan buruk ini dengan bernyanyi. Di kafe. Di kondangan. Dimana saja. Juga sering menjadi MC di acara-acara. Lalu terlupalah saya dengan semua pelajaran Atuk. Tak ada lagi sembahyang. Apalagi mengaji. Ah, saya ini sudah hitam legam!" lanjutnya. Saya tetap memandangi wajahnya. Oh ...
Mungkin karena saya belum menanggapi, Burin beralih fikiran ke Tuk Lami. "Baa koba Atuk sebelum meninggal? Sakik?" tanyanya.
"Iya." saya mengangguk. "Kondisi penuaan. Demam. Kehilangan tenaga. Mulai tidak mau bicara. Ditidurkan telentang di ruang tidur keluarga. Uda Burin kan ingat, Beliau biasanya jika beraktifitas membaca, menulis, merekam pengajian di kaset taperecorder, di bilik Beliau. Bilik itu tak sembarang orang yang boleh masuk. Di dalamnya Beliau tidur beralaskan kulit kambing disamak berlapis kasur. Di hari meninggal itu beliau telentang, dikelilingi bapak dan etek. Kemudian Beliau pergi dengan tenang. Bapak menutupkan matanya yang setengah terbuka. Lalu sejenak Bapak berdoa dengan air mata mengalir. Begitulah, Beliau dimandikan, dikafani dan dishalatkan serta ditanam di kebun depan rumah, belakang lumbung padi…"
"Jadi indak ado sakik namanya tu ya?"
"Indak. Terakhir itu beliau masih minum teh yang dibuat pekat. Kata mantri kesehatan, bisa membantu jantung dan aliran darah. Tapi seberapalah kekuatan teh pekat hangat melawan malaikat?" kataku.
"Oooh,.. iyo. Iyo. " Uda Burin mengangguk-angguk, dan meneruskan kenangannya. "Den banyak membuat susah beliau dulu. Dinding surau, den coret-coret dengan arang. Burin = Era, itulah diantara tulisan den dulu, ha ha ha..." ia tertawa….
Era itu, anak tetangga sebelah, yang pulang dari Jakarta dengan bapaknya liburan. Diantara saudara mereka yang banyak, mungkin Era itulah yang paling jelita. Hingga Uda Burin termimpi-mimpi. Tapi bapak uni Era itu guru silat. Badannya kekar. Uda Burin masih kurus dan remaja tanggung. Ngeri. Lalu ketidakberdayaannya, dia lampiaskan dengan arang di seantero dinding samping surau. Tuk Lami geleng-geleng kepala,...
Burin kemudian memasukkan tangannya ke kantong, lalu mengeluarkan rokok. Mengambil mancis korek api dan mengeluarkan sebatang sigaret. Aroma sigaret itu manusuk hidung. Rada harum menyengat. Tapi bagi saya, phobia pada asapnya yang segera akan mengepul, membunuh, segera mengerinyitkan kening dan membuang muka.
"Ang indak merokok?" tanyanya.
"Tidak. Belum..."
"Pasti dilarang bapak dan gurumu kan?"
"Ho-oh. Tapi badan saya memang taksesuai dengan udut. Waktu menonton sandiwara di SD dulu, pernah coba gudanggaram sama Igul di tunggul pohon kelapa, belakang pentas. Besoknya saya demam batuk. Kata mantri bu Chadijah, paru-paru saya alergi.."
"O iyo. Igul. Dima beliau kini?"
"Ado. Di GUguk. Kami libur sekolah. "
"SMA Limbonang?"
"Indak. SMPP, Payakumbuah"
Diam sebentar. Burin mengembalikan rokok ke kotaknya dan menyimpan ke saku baju. Sepintas terlihat tato di dekat pangkal ibu jarinya. Gambar bunga mawar, merah-hitam.
'Tak usahlah merokok dekat anak-sekolah. " katanya sambil senyum. Kecut! Saya tau, dia sedang menahan candu....
"Dosa yang paling besar ke Tuk Lami adalah saat saya teriaki di sawah jalan ke Guguk. Dia kulihat berjalan dengan Tuk Awi Manso, membawa payung dikepit dan tas berisi buku mengaji. Memakai sweater warna abu-abu gelap. Berpeci hitam. Dengan gerakan kaki yang khas gaya beliau. Waktu itu aku mulai jarang ke surau. Sudah semakin nakal. Entah setan apa yang membisikkan aku, sambil mengangkat lukah belut yang jarang tertangkap isinya, kusoraki beliau; Woooi Tuk Lami, olah tih mancari pahalo juga, menantulah lagi yang akan dicari!!!"
Diam sebentar. Burin mengenang-ngenang.
"Tuk Lamimu itu langsung terhenti langkahnya. Dipandangnya saya berdiri di pematang dekat pinggir Batang Namang. Lama. Aku tertawa berasa menang. Tapi kulihat dia terus menatapku. Aku berusaha tertawa dan berjalan menjauh. Takut, jika nanti malam ia menyampaikan ucapanku ke bapak dan ibuku. Tapi nyatanya tidak. Dia mungkin menahan hatinya, sambil menunduk dengan mata berlinang. Lalu melanjutkan langkah kakinya menuju Guguk. Aku ini betul betul kurang ajar. Itulah baru aku melihat tuk Lami tergado-ok. Setelahnya, aku tak betah lagi di sini, dan pergi merantau..."
Pembaca, sungguh Tuk Lami tak pernah menyampaikan perangai Burin yang satu itu kepada kami. Dia kini mungkin tenang di syurgaNya.
"Onde iyo! lah 'maota korieng' saja kita dari tadi. Ada pisang kolieng Amah di belakang. Saya ambil dulu ya!"
"Ndak usah! Indak usah. Dek saya nan perlu itu merokok dan mengopi. Duit habisnya untuk rokok inilah. Kadang mengopi bisa tiga empat kali sehari. Sudah sampai disini saja, hati saya sudah terobati,.... indak usah repot-repot!"
"Sebenarnya, ada murid Atuk yang kata orang-orang disini mirip sekali pembawaannya dengan Atuk. Kalau dia memberi ceramah di masjid, atau menyampaikan khutbah, dia disebut orang "Ongku Lami Mudo".
"Ongku Lami Mudo? Siapa itu?"
"Satu-satunya murid Atuk yang tak melanjutkan sekolah di MAN atau IAIN. Ia memilih sekolah di pesantren Padang Panjang, lalu karena prestasinya bagus, terkirim ke Arab Saudi kuliah!"
"Ooooh, anak Sutan Mustaqim ya?"
"Bukan. Asal usulnya dari Sungai Rimbang, Yatim piatu, lalu dibesarkan Tuk Lami disini. Kini ia sudah bekeluarga dan tinggal di Lebuh Simpang. Sebagian orang menyebutnya Oji Mudo, karena ketika menuntut ilmu di Timur Tengah itu, ia sekalian menyempatkan diri ibadah haji!"
"Siapalah itu gerangan ya?"
"Namanya Syahriyal. Oji Mudo Syahriyal… Anak-anak juga senang jika ia memberi pelajaran di masjid. yang tua-tua juga sayang sama dia. Sekalipun kaji yang dia bawa kadang berbeda, ia tak berkeras bersiraruak, tapi mencari jalan keluar dengan berbagai hadis."
"Waang tau rumahnya? Betul Tuk Lami sayang dengan dia? Antarkan aku kesitu malah!" pinta Burin.
Saya mengangguk. Dan kami naik mobil veloz bagus menuju ke hilir Lebuh Simpang, sambil mendengarkan lagu-lagu koplo dari speaker mobilnya. Aroma asap rokok dalam mobil, tercium jelas. saya sebenarnya tak betah, tapi apa boleh buat. Hitung-hitung menolong Engku Muda Tuan Burin, he he.....
Tak ada yang istimewa dari bentuk rumah Oji Mudo Syahriyal. Bagai pondok lurus saja. Lalu teras atapnya disambung dengan pelataran tempat istrinya mendidik anak-anak sore hari, PAUD. Sekeliling rumahnya dipagari tumbuhan bercampur kembang. Kembang biasa, bunga lilin, bunga matahari, kembang goyang dan aggrek merpati. Lalu bayam, terung, kacang panjang serta beberapa batang pisang di belakang dan samping. Motor bebek mirip vespa parkir di halaman. Labu siam yang buahnya banyak lebat, menggantung di sudut belakang. Kolam berisi ikan lele, luas membentang. Itu saja.
Syukurnya, Oji Mudo sedang ada di rumah saat kami datang. Hingga Uda Burin bisa menyampaikan keluhkesah hatinya secara langsung........... Jangan-jangan dia akan dirukiyah!
Tapi tidak. Oji Mudo ternyata bukan tipe ustadz yang memilih rukiyah. Ia mendekat duduk ke Burin dan mencoba menautkan hati. Saya melihat dengan jelas perbedaan wajah kedua orang itu. Burin dan Oji Mudo. Tampan bak bintang filem dan biasa-biasa saja. Rambut menjuntai di kening dan rambut tersisir rapi ke samping. Mata yang tidak fokus dan mata berbinar yang penuh semangat. Aroma rokok campur parfum berbanding aroma sabun mandi biasa.
"Manusia itu memang tempat kesalahan, kekhilafan,..." ujar Oji Mudo sambil menempelkan telapak tangannya ke punggung tangan Burin. "Dan Yang Maha Pengasih itu, senang sekali jika kita kembali berbalik padaNya, setelah terlanjur banyak dosa!" sambungnya.
"Aku ini bukan lagi banyak dosa Oji. Aku ini syetan jahanam...!" ucapnya lirih. Suaranya parau. Oji Mudo melirik pada saya, dan saya mengerti sertamerta beranjak menunggu di luar, di bangku teras. Walau masih terbayang sekilas, tubuh Burin seperti terguncang-guncang dimasuki energi Oji MUdo....
Tiba-tiba telinga saya mendengar suara meraung, tapi kok tidak mirip Burin? Lalu parau marah," Oji Pantek! Lai tau ang indak akan manang
malaikat malawan iblis di dunia ko do!!!" Diam sebentar. Diikuti galosoh-posoh bunyi suara gelas air minum mineral melayang ke dinding. Tapi tak ada suara dari Oji Mudo. "Den bunuah ang Oji. Den bunuah ang kini juo!!!" Suara parau Burin, atau mungkin bukan Burin..carut marut keji yang tak usahlah dituliskan di sini., terdengar lagi. Saya segera hendak masuk kembali, mendengar ancaman itu. Tapi saya segera ingat, Oji Mudo adalah pemain silat handal ketika belajar di pesantren Padang Panjang. Teman-teman dia sesama santri pasti tau itu, apalagi ustad-ustadnya. Bukti nyata dari kepiawaian Oji Mudo adalah saat saku celananya diraba copet di terminal travel Ulak Karang, saat hendak berangkat ke Saudi. Dia berkelit memutar badan, dan copet itu terjilapak ke aspal. Kakinya dia simpai dengan telak. Yang tak terduga adalah, copet itu ternyata ada temannya. Lalu laga berubah menjadi dua lawan satu. Itupun tak berlangsung lama. Sebab Syahriyal, sudah mematri niat dalam dada, dia hendak ke Saudi menuntut ilmu di Madinah, tempat mana Rasul saw dulu mengajar membimbing umat. Mendekat ke Tuhan. Terus, akan dia biarkan dua cecunguk ini menghalanginya? La! No! Hasilnya adalah copet yang satu terlolong menjerit dan yang satunya lagi lari lintang pukang memegangi anunya yang entah masih normal atau sudah pecah! Untung ada segera apak berseragam menengahi. Dan Syahriyal segan dengan seragamnya itu.
Nasehat ustadnya di Padang Panjang, adalah jangan sombong dan jangan emosi. Itu sebabnya, Syahriyal cepat dingin. JIka tidak, tentu batang leher copet yang satu ini, dimakan tumitnya dari atas ke bawah, dan bisa diprediksi akibatnya; pingsan atau muntah-muntah...
Saya tak lagi mendengar lolongan burin. Sudah selesaikah ia di pegang Oji Mudo?
"Masuaklah Nafi" terdengar Oji memanggil kembali. Dan saya melangkah masuk. Astaga, gelas air mineral bertebaran, sedangkan Burin tertelentang mendengkur. Keletihan. Yang diluar dugaan saya adalah ingus jernihnya, meleleh lagi di kumis. Tidak, tak hanya ingus, saya juga mencium bau pesing dari celananya, bahkan bau feses. Ya Tuhan, dia BAB dan kencing di celana?
Oji Mudo keluar dari kamarnya membawa kain sarung bersih. Terlipat rapi. Juga sarung tangan yang segra dia pakai. Firasat saya jadi tak enak. Akankah kami melakukan pembersihan bagai memelihara bayi balita? Saya memilih mengambil kain sarung terlipat dari tangan Oji Mudo. Membukanya. Lalu melipatnya lagi. Supaya terlihat ada kerjaan, dan biarlah Oji Mudo yang membersihkan E-ek Burin. Kencingnya juga. Sementara dengkur Burin makin panjang dan lelap. Saya, maaf, belum pernah memelihara bayi. Jadi sungguh berat bagi saya, bagian kerja ini. Biarlah Oji sajaaaaa....
Jika ingin saya berdoa, di paragraf ini, maka doa saya adalah wahai Tuhan, anak-anak yang memelihara orang tuanya berbulan bahkan bertahun sampai meninggal, bagai merawat bayi dengan segala beban hidup yang dia tanggung, sungguh ya Allah, tak perlulah mereka Engkau hisab lagi di Padang Mahsyar, terbangkan sajalah mereka dengan kereta kencana, langsung ke haribaan syurgaMu, Jannatun Naiiiim....
Yang agak kurang masuk akal bagi saya adalah ketelatenan Oji Mudo mengaduk-aduk feses di dalam toiletnya , hingga ia menemukan sebuah logam metalik bulat sebesar peluru kacang-kacang sepeda. Dengan wajah senyum, ia bawa benda itu ke hadapan saya, sambil ngomong,"Alhamdulillah,...Nafi. Keluar!" Belum habis bingung saya , ia sudah menemukan lagi ikat pinggang tali benang di badan Burin yang simpulnya berupa kantong kain teramat kecil yang entah berisikan tulisan arab bermakna apa…. Dompet Burin pun diperiksa Oji Mudo, tapi tak ada ketemu apapun selain kartu-kartu dan duit. Oji Mudo mengumpulkan temuannya dan membuangnya ke tempat sampah, boleh jadi hendak dia bakar. Maaf, ilmu saya belum dan mungkin tak sampai kesana.
Setelah badan Burin dibersihkan, saya memasangkan kain sarung. Bismillah, semoga niat Uda BUrin terbebas dari perasaan antah-berantah, tidur tak nyenyak makan tak enak, otak pusing dada terbakar, hilanglah semuanya. Sehat! Sembuh!!!
Menunggu orang tidur keletihan mendengkur itu, bosan juga. Hingga akhirnya saya pamit saja sama Oji Mudo. Biarlah saya berjalan kaki saja arah ke mudiak. Sebab Engku Burin, entah kapan akan bangun. Kalaupun bangun, kan belum tentu juga bisa langsung pulang,...
Dugaan saya betul. Kabarnya Uda Burin ditahan Oji Mudo untuk tinggal dulu di rumahnya, di kamar samping. Makan tidur shalat mengaji, semua ia ikut Oji Mudo. Bahkan ia mengekor saja sama Oji Mudo jika pergi mencari siput dan Alo-alo ke sawah. Dia kembali belajar melatih keseimbangan otaknya berjalan di pematang sempit. Sebab kabarnya, ini kata orang-orang, ia sempat minta dibelikan sabu-sabu ketika terbangun dari tidur ngoroknya, dan dimandikan oleh Oji Mudo dengan menyiram kepalanya dengan air dingin sambil membaca Al-Fatiha.
Berhari, berminggu, bahkan sudah sebulan ia magang dengan Oji Mudo. Wajahnya mulai terlihat segar. Shalatnya khusuk, dan mengajinya kembali terdengar sendu. Sepertinya ia benar-benar ingin 'hijrah'....
Tuhan pun tak mengelakkan kedatangan hambaNya, sehitam apapun ia tersesat. Buktinya, ketika Oji Mudo memberi tausiah pengajian di masjid, yang dihadiri orang-orang tua, bapak-ibu, Burinpun duduk di samping dengan menunduk. Dan tak dinyana, Oncu Timah Bendang, mendatanginya, selesai pengajian. Oncu Timah, adalah ibu Silva, istri Burin dulu. Di kampung, kabar kepulangan Burin, dan magangnya dengan Oji Mudo sudah tersebar luas. Oncu Timah, merunduk memakai mukena, dan menyapa,"Nak Burin, baa koba ang nak?" katanya tulus. Demi memandang wajah Oncu Timah, di dalam masjid, di depan orang banyak, BUrin terarau. Ia menyambut tangan Oncu Timah dengan menggigil, dan menjatuhkan wajahnya ke kaki Tek Timah. "Ayeeeiiii, ampuni den diiiiih" ratapnya. Oncu Timah memeluk kepala Burin dengan tangannya yang keriput, dan sesudah itu , kita, sudah bisa menebak apa yang akan terjadi...
Oh iya, Burin memberi tak kurang sepuluh juta ke Oji Mudo, sebagai terimakasih, tapi ditolak Oji. Ia berikan ke panti asuhan Yatim piatu Muhammadyah, Kubangtungkek.
Banyak maaf, tama

Tobek GhuahBaghangan




SEKEDAR MENGISI WAKTU "Ghi ba'a bisuak tempo kan?" tanyo Jisidi ka Yakma'ah sudah makan malam. "Iyo. Kalender merah" jawek Idar, anak eah, sambie melingkuk-an siso tulang sudah makan daghi pinggan ka wadah makanan kucieng. Makan malam di palantea, basamo-samo, ditoghangi lampu cimporong.
"Dikoghingi lah tobek bawah longgea pek Baghuah Baghangan. Lah godang-godang kan-tawi jo kan-taweh mpak dek den belok lalu!"
"Jadih mlah. Dibao ka kan-komih. Lai pangkugonok gak nyereah!" manjowob YakMa'ah, sambie mancaghi-caghi kampie tompek sighieh jo pinang, saroto sodah, bawah lamaghi makan, ampieng lutuk suok.
"Yo ancak pulo reah. Sambie maisi kotu tempo nak-ughang keah. Dibao nasi jo samba, gulai gak sangenek. " tambah Misur, laki Idar. Mandongea rencana apak, ibu jo uwo ajak itu, lah kombang ghabu paja nan batigo; Buyuang Godang, Buyuang Tongah jo Supiek Erma. Tabayang, bisuak pagi manangkok ikan, banyak bona, dalam tobek godang, .... Matoaghi mulai tinggih. Jisidi jo kaluarga eah lah baighieng-ighieng madok ilie. ka tobek baghuah-baghangan. Indak lamo, lah tibo pek pamatang, sasudah manughun tobieng, malinteh jalan tunggua kaghambie. Langsuang dimasuak-i tobek bolah pamatang bawah, dicaghi pambuluah tunggang, diegang pokok- eah. Byuuurrr!!! mamancea aie ka sawah bolah bawah. Pas satontang pangka pambuluah tunggang, lah baputea-putea aie, cucuk-kolieng! Ndak lamo, lah susuk aie. Lah nampak pungguang ikan. manggalitea-galitea ateh lunau. Ikan tawi, ikan omeh, ikan paweh bahkan ikan pantau. banyak!
Jisidi jo YakMa'ah mangumpua-an ikan sado nan dapek tatangkok. Idar jo Misur bitu pulo. Buyuang Godang Jo Buyuang tongah, lai soto tapi kadang sambie main-main. Salieng mamanggak-an ikan nan dapek. "Ha, godang eah lai!" "Tengok niak. Panjang!"
Tagieh mamogangan ikua ikan, sudah tu ba tengok-an ka Supiek nan togak ateh pamatang. Supiek lun bulieh masuak tobek lai. Takuk kok takubua kaki paja ,dalam lunau, nambah kojo ajo!
Buyuang Tongah, kan sangajo malotak-an ikan nan dapek pek ampieng kaki Supiek. Lah mancangkuang pulo supiek ma-awai-awai ikan. Tambah lamo, tambah datang somuk api. A lah tapokiek Supiek, jaghi kaki eah digigik somuk sighah.
"Masuak pulo lah den dih Bu!" Supiek maghegek.
"Jan lai! Dalam. Tabonam kau biko!"
"Pek topi inyak ajo. Lai dangkek. Nyokau ikan pantau..." pintak Supiek. Dek ibunyo indak manjawek, nyo lah ngalucuh ka dalam. sambie mamogangan sayak. Managkok ikan pantau, ciek....duo......tigo! Sonang bona ati Supiek.
Weh, tu ikan paweh tu ha! Ateh lunau! Supiek bajalan agak ka tongah. Jo lambek-lambek, di cokau-eah ikan paweh cako. Snap! Dapek!! Tapi lincie! Paweh manggaletek laghi! Ikua ikan reah maompeh-ompeh ka lunau. dan, pcrrk....oman muko Supiek, ponuah dek titiek-titiek kalabu, lunau tobek!
Copek Supiek manggesek jo longan eah. tapi malang, lunau pek pipih, makin diapuh, makin marato ken-kaniak! Bahkan bintiak aluh kosiek lunau, masuak ka mato....
"Ngeaaakkkk!!!" managih kasudahannyo Supiek. Mato eah podieh. Lah takojuk Misur jo Idar. Buyuang Godang jo Buyuang Tongah malengong pulo ka adiek eah. Ba'a jak eah?
"Mato kalimponan lunauuuuuu,..uuu...uuu" manangih Supiek. Idar copek mambasuah tangan. Di dukuang paja ka pamatang. Di lap mato jo muko nan balunau. Diombuh. Wuuuh!!! Sakali. Ombuh baliek. Wuuuuhh.... Duo kali. "Olah ondo?"
Supiek mangijok-ngijok-an mato.
"Olaaah..." nyinyo, sambie mambuduk.
"Kan cako den kecek-an lai, tapi tanggege!"
Buyuang Tongah mamandangi ajo , adiek eah ditolong ibu eah. Pek ateh pamatang. Eh, tengok eten! Arah ka tobieng ilie longgea, ado pulasan babuah! Sighau!! Lobek!! Ghondah-ghondah!!
Buyuang Tongah langsung kaluea daghi tobek. Naiek ka pamatang. Basuah tangan stek. Ntu ilang, arah ka bawah batang pulasan lobek! Sssssttttt.

Nan puasa

*Ulang kaji Bab Puasa, tidak lama lagi Ramadhan:*

*Syarat Wajib Puasa* :-
 
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Sihat
5. Bermukim (Tidak Musafir)
6. Suci (Dari Haid Dan Nifas)

*Syarat Sah Puasa* :-

1. Islam
2. Berakal & Mumayyiz
3. Suci (Dari Haid Dan Nifas)
4. Nyata masuknya bulan Ramadhan

*Rukun-Rukun Puasa*:-

1. Orang Yang Puasa
2. Berniat
3. Menahan Diri Daripada Perkara Yang Membatalkan Puasa

*Perkara Yang Membatalkan Puasa* :-

1. Makan Dan Minum Dengan Sengaja
2. Memasukkan Dengan Sengaja Benda Ke Dalam Rongga Yang Terbuka. *Seperti* (lubang ๐Ÿ‘ƒ, ๐Ÿ‘‚๐Ÿป๐Ÿ‘„ 2 lubang kemaluan) 
3. Muntah Dengan Sengaja. 
4. Keluar Haid & Nifas
5. Gila
6. Murtad
7. Keluar Mani Dengan Sengaja
8. Bersetubuh Di Siang Hari

*Perkara Sunat Ketika Puasa* :-

1. Segera Berbuka Puasa
2. Berbuka Dengan Kurma/Juadah Manis
3. Baca Doa
4. Melambatkan Bersahur
5. Banyakkan Baca Al-Quran, Berzikir, Berselawat Dan Membuat Amal Kebajikan
6. Sentiasa Bersedekah
7. Jauhkan Diri Daripada Bercakap Perkara Yang Sia-Sia Dan Perbuatan Yang Tidak Membawa Manfaat
8. Mandi Junub Lebih awal Sebelum Masuk Waktu Subuh

*Makruh Ketika Puasa* :- 

1. Bersuntik
2. Berbekam
3. Berkumur-Kumur
4. Memasukkan Air Ke Dalam Rongga Hidung Secara Berlebihan
5. Mandi Yang Berlebihan
6. Rasa Makanan Di Hujung Lidah

*5 HAL YG MENGHILANGKAN PAHALA PUASA*

1. Berdusta
2. Ghibah
3. Ado Domba
4. Sumpah palsu
5. Memandang seseorang dgn nafsu sahwat
6. mengeluarkan kata kata keji, cacian maki

*Golongan Yang Wajib Qada' Puasa* :-

1. Orang Sakit Yang Ada Harapan Untuk Sembuh
2. Orang Yang Musafir (Bukan Kerana Maksiat)
3. Orang Yang Kedatangan Haid Dan Nifas
4. Orang Yang Meninggalkan Niat Puasa
5. Orang Yang Sengaja Melakukan Perkara2 Yang Membatalkan Puasa
6. Orang Yang Pitam/Mabuk 
7. Orang Yang Sangat Lapar Dan Dahaga

*Mereka Yang Di Kenakan Membayar Fidyah Puasa*:-

1. Mereka Yang Tidak Dapat Mngqada'kan Puasa Sehingga Masuk Ramadhan Kali Kedua - (Fidyahnya : 1 Cupak Beras Untuk Setiap Hari Yang Di Tinggalkan Di Samping Mengqada' Puasa) Bagi Setahun Tertinggal..
Kalau Tidak Di Qada' Sehingga Melampaui 2 Tahun Maka Di Kenakan 2 Cupak Tetapi Puasa Tetap Juga 1 Hari (Tiada Tambahan)

2. Orang Sakit Yang Tidak Ada Harapan Untuk Sembuh

3. Orang Yang Terlalu Tua Dan Tidak Berdaya Untuk Berpuasa

4. Orang Yang Ada Qada' Puasa Tetapi Meninggal Dunia Sebelum Sempat Berbuat Demikian (Fidyahnya : Di Buat Oleh Kerabat Si Mati/Di Ambil Daripada Harta Pusakanya)

5. Perempuan Yang Mengandung/Yang Menyusukan Anaknya Perlu Mengqada' Puasa Dan Membayar Fidyah 1 Cupak Beras Bagi Setiap Hari Yang Di Tinggalkan Sekiranya Dia Meninggalkan Puasa Kerana Bimbangkan Anaknya Tetapi Sekiranya Dia Takut Memudaratkan Pada Dirinya Dia Hanya Wajib Mengqada' Puasanya

*Kifarat Bersetubuh Di Bulan Ramadhan* :-

Orang Yang Bersetubuh Pada Siang Hari Bulan Ramadhan, Maka Kedua2 Suami Isteri Tersebut Perlu Mengqada' Puasa Berkenaan Dan Suami Wajib Membayar Kifarat (Denda) Seperti :-

1. Memerdekakan Seorang Hamba Mukmin L/P
(Sekiranya Tidak Mampu)

2. Berpuasa 2 Bulan Berturut-Turut Tanpa Terputus (Kalau Tidak Berdaya)

3. Memberi Makan Kepada 60 Orang Fakir Miskin
Walau Bagaimana Pun, Jika Persetubuhan Itu Di Lakukan Kerana Terlupa, Jahil Tentang Haramnya/Di Paksa Ke Atasnya Tidaklah Wajib Kifarat

*Tingkatan Puasa*:-

1. Puasa Umum - Sekadar Menahan Makan, Minum Dan Keinginan Berjimak

2. Puasa Khusus - Memelihara Mata, Telinga, Lidah, Tangan Dan Kaki Daripada Melakukan Dosa Selain Menahan Diri Daripada Perkara Di Atas

3. Puasa Khusus Al-Khusus - Merangkumi puasa Di Atas Dan Di Sempurnakan Pula Dengan Puasa Hati Daripada Semua Keinginan Zahir Dan Batin

*Mereka Yang Di Benarkan Meninggalkan Puasa* :-

1. Orang Yang Hilang Daya Upaya Seperti Sakit Yang Apabila Berpuasa Akan Menambahkan Keuzuran

2. Orang Musafir

3. Org Yang Terlalu Tua Dan Amat Lemah

4. Orang Yang Tersangat Lapar Dan Dahaga

5. Perempuan Hamil/Menyusukan Anaknya Yang Apabila Berpuasa Boleh Memudaratkan Diri/Anak Yang Di Susui Itu

# Selamat Menjalani Ibadah Puasa Kepada Umat Islam Mukminin Dan Mukminat..
Semoga Puasa Pada Tahun Ini Memberi Manfaat Kepada Kita..
Semoga Puasa Pada Tahun Ini Lebih Mudah Daripada Tahun Sebelumnya Dan Membanyakkan Kita Membuat Amal Ja'riah..
In Shaa ALLAH.
๐Ÿคฒ๐Ÿคฒ๐Ÿคฒ




Senin, 23 Maret 2020

Fatimah Az Zahra RA




Fatimah az Zahrah adalah putri Rasulullah SAW yang ke empat. Sebagian riwayat menyatakan ia lahir pada tahun ke satu dari kenabian, tetapi riwayat lain menyebutkan ia lahir limatahun sebelum kenabian. Nama Fatimah diberikan berdasarkan wahyu atau ilham yang diterima Nabi SAW, artinya 'menahan' atau 'terbebas dari neraka'. Menurut Rasulullah SAW, Fatimah adalah ratunya para bidadari di surga, karenanya ia menjadi putri yang paling dicintai Nabi SAW.    Fatimah menikah dengan Ali bin Abi Thalib pada tahun 2 hijriah, pernikahan inipun atas perintah Allah melalui wahyu atau ilham yang diterima Nabi SAW. Tujuh setengah bulan setelah pernikahan barulah mereka tinggal bersama dalam satu rumah. Dari penikahannya ini, mereka memiliki beberapa putra dan putri. Putra pertama adalah Hasan, kemudian Husain setahun kemudian, dan disusul Muhasan yang meninggal ketika masih kecil. Putri pertamanya adalah Ruqayyah, yang meninggal ketika masih kecil, disusul Ummu Kultsum dan Zainab.    Fatimah merupakan kerabat Nabi SAW yang paling terdahulu menyusul setelah wafatnya beliau. Diriwayatkan, ketika Nabi SAW sedang sakit keras menjelang sakaratul maut, beliau berbisik kepada Fatimah, dan ia jadi menangis tersedu-sedu. Beberapa saat kemudian beliau membisiki Fatimah lagi, kali ini ia tertawa gembira. Ketika beberapa orang bertanya kepadanya tentang sikapnya yang aneh, dari menangis kemudian tertawa, Fatimah menjelaskan bahwa pada bisikan pertama, beliau memberitahukan kalau beliau akan segera meninggalkan dunia ini, kembali ke hadirat Ilahi SWT, karena itu ia menangis tersedu-sedu. Pada bisikan kedua, beliau memberitahukan bahwa anggota keluarga beliau yang pertama kali menyusul, kembali ke hadirat Ilahi SWT adalah Fatimah sendiri, karenanya ia tertawa gembira karena ia tidak akan terlalu lama berpisah dengan Rasulullah SAW.    Fatimah adalah putri kesayangan Nabi SAW, namun demikian beliau tidak pernah melimpahinya dengan kekayaan dan kesenangan dunia, justru beliau mendorongnya untuk selalu beramal dan berpayah-payah untuk memperoleh keuntungan di akhirat. Pernikahannya dengan Ali bin Abi Thalib tidak membuat kehidupannya lebih ringan, karena karakter Ali adalah didikan Rasulullah SAW, kaya akan ilmu sehingga sangat zuhud terhadap dunia.    Fatimah terbiasa mengerjakan sendiri pekerjaan rumah tangganya. Menggiling gandum, mengangkut air untuk kebutuhan sehari-hari, dan beberapa pekerjaan lainnya, sehingga tangannya kasar dan timbul bintik-bintik hitam yang tebal. Melihat penderitaan istrinya ini, suatu kali Ali berkata kepada Fatimah, "Pergilah engkau menghadap Rasulullah, mintalah seorang pembantu untuk meringankan pekerjaanmu!"    Memang waktu itu baru saja datang beberapa orang hamba sahaya diberikan kepada Rasulullah. Memenuhi perintah suaminya, Fatimah berangkat menemui Nabi SAW, tetapi ternyata banyak orang yang datang di majelis Nabi SAW, Fatimah malu untuk menyampaikan maksudnya, dan ia pulang kembali. Keesokan harinya, Nabi SAW yang datang ke rumah Fatimah, beliau berkata, "Wahai Fatimah, ada apa engkau datang untuk menemuiku kemarin?"    Fatimah hanya diam, malu untuk menyampaikan maksudnya. Ali yang kemudian menjawab, "Wahai Rasulullah, dia mengerjakan pekerjaan rumah sendirian, menggiling gandum, mengangkat air, membersihkan rumah, dan pekerjaan lainnya, sehingga timbul bintik hitam di tangannya, luka-luka di dadanya dan pakaiannya menjadi kotor. Kemarin engkau mendapat beberapa hamba sahaya, maka kusuruh ia meminta salah seorang dari mereka untuk membantu pekerjaannya."    Nabi SAW tersenyum mendengar penjelasan Ali, kemudian bersabda, "Wahai Fatimah, bertakwalah kepada Allah, tetaplah menyempurnakan kewajibanmu kepada Allah, dan kerjakanlah pekerjaan rumah tanggamu. Kemudian, ketika engkau akan tidur, ucapkanlah Subkhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Allahu Akbar 34 kali. Ini lebih baik bagimu daripada seorang pembantu."    Putri kesayangan dan didikan Nabi SAW ini berkata dengan tulus, "Saya ridha dengan keputusan Allah dan RasulNya."    

Minggu, 08 Maret 2020

Rapuh by opick



Detik waktu terus berjalan
Berhias gelap dan terang
Suka dan duka, tangis dan tawa
Tergores bagai lukisan

Seribu mimpi, berjuta sepi
Hadir bagai teman sejati
Di antara lelahnya jiwa
Dalam resah dan air mata
Kupersembahkan kepada-Mu
Yang terindah dalam hidupku


Meski kurapuh dalam langkah
Kadang tak setia kepada-Mu
Namun cinta dalam jiwa
Hanyalah pada-Mu
Maafkanlah bila hati
Tak sempurna mencintai-Mu
Dalam dada kuharap hanya
Diri-Mu yang bertahta

Ooh oooh ooo h


Maafkanlah bila hati
Tak sempurna mencintai-Mu
Dalam dada kuharap hanya
Diri-Mu yang bertahta


Meski kurapuh dalam langkah
Kadang tak setia kepada-Mu
Namun cinta dalam jiwa
Hanyalah pada-Mu
Maafkanlah bila hati
Tak  sempurna mencintai-Mu
Dalam dada kuharap hanya
Diri-Mu yang bertahta

Meski kurapuh dalam langkah
Kadang tak setia kepada-Mu
Namun cinta dalam jiwa
Hanyalah pada-Mu
Maafkanlah bila hati
Tak  sempurna mencintai-Mu
Dalam dada kuharap hanya
Diri-Mu yang bertahta


Detik waktu terus berlalu
semua berakhir padaMu

Senin, 27 Januari 2020

Kasih ibu trenggiling





Di copy dari wall dinda Indang Islamie 26-1-2016

Seorg pejabat Tiongkok beserta beberapa kolega, ketika bermain di sebuah kota melihat pedagang kuliner disana menyajikan proses penyembelihan trenggiling hidup sampai memanggangnya. 
Mereka tertarik dan ingin menyaksikan sendiri seluruh proses penyajian hidangan lezat itu

Konon trenggiling setelah tertangkap krn ketakutan atau defensif, secara naluri & otomatis tubuhnya akan menggulung sendiri dgn sangat erat spt sebuah lingkaran atau bola. 

Umumnya proses penjualan trenggiling sbb: Setelah dipilih pembeli, penjual sekuat tenaga  akan menarik lurus trenggiling yg meringkuk itu, 
selanjutnya dada n perut dibelah, organ dalam dikeluarkan kemudian dicuci bersih, dijepit dgn jepitan besi dan dipanggang di atas bara api sampai semua sisik tebal di tubuhnya rontok. 

Ada seorg pemuda penjual memilih  trenggiling berbadan gemuk dan dgn ketrampilannya siap menarik lurus trenggiling yg dipegangnya itu.
Namun walau sdh sekuat tenaga ia masih tdk mampu menarik lurus trenggiling itu. 
Trenggiling adalah binatang pemakan serangga, terutama
semut dan rayap.

Orang-2 yg menyaksikan merasa heran, 
penjual muda itu juga kehilangan muka, 
maka dibantinglah trenggiling malang itu ke lantai dgn keras, 
sambil menjelaskan trenggiling akan membuka diri jika kesakitan. 

Tidak disangka bantingan ber-kali2 itu malah membuat trenggiling meringkuk lebih erat.
Dari mata sipit trenggiling yg semula terlihat ketakutan telah tertutup dgn rapat. 
Dari moncongnya yg runcing mengalir darah segar, 
akan tetapi tubuhnya tidak nampak menjadi lurus. Malah terkesan semakin melingkar dgn erat. 

Rombongan tidak tega menyaksikan kondisi
trenggiling itu dan melambaikan tangan memberi isyarat tidak ingin diteruskan lagi.

Pemuda penjual masih belum puas,
diambillah jepitan besi lalu menjepit trenggiling kemudian diletakkan di atas api panggangan.
Sisiknya yg keras rontok dan bau terbakar menebar luas.
Tetapi posisi trenggiling tetap tidak berubah. 

Pemuda penjual tidak berdaya lagi.
Dia menggelengkan kepala sambil berkata trenggiling ini pasti bermasalah.
Tidak layak dikonsumsi sambil membuangnya ke  lahan pasir yg terletak di belakangnya. 

Kemudian dipilihnya lagi dua ekor yg lain, 
kali ini proses
pengolahan berjalan lancar dan tidak sampai 5 menit selesai.

Selanjutnya teman itu berkata, 
ketika temannya sedang membayar, 
tanpa disengaja dilihatnya trenggiling naas tadi yg di buang di atas pasir per-lahan2 meluruskan tubuhnya, 
kelopak matanya terbuka sedikit, 
disusul beberapa kedutan lalu menjadi lurus kaku dan tidak bernyawa lagi. 

Seiring tubuhnya menjadi lurus, 
mereka dikejutkan oleh gerakan lembut dari perut yg terkapar.
Muncul seekor trenggiling kecil yg tubuhnya transparan hanya sebesar tikus. 
Perlahan ia membuka mulut kecilnya,  
seakan memanggil induknya yg sudah tak bernyawa.

Pemandangan tsb membuat semua orang terpana. 
Dalam sekejap,
saya merasakan darah dalam tubuh bergelora, kepala dan rambut seakan membengkak, 
air mata bergulir dari  kelopak. 

Berat badan trenggiling itu tidak lebih dr 5 kg.
Dan tubuhnya telah mengalami bantingan dan pembakaran.
Tetapi sampai napas terakhirnya masih saja melindungi anaknya. 

Tubuh yg telah terpanggang setengah matang, 
sisik pun rontok semua, namun masih tetap berhasil melindungi keutuhan jiwa dan raga anaknya.

Kekuatan semangatnya telah jauh melampaui batas kehidupan......

"Cinta kasih" induk hewan begitu mengharukan.....

Minggu, 19 Januari 2020

Keutamaan al fatihah





MEMBACA AL FATIHAH DI DALAM SHALAT ADALAH _SAAT KITA BERDIALOG  DENGAN ALLAH_, UNTUK ITU _LAKUKANLAH DENGAN KHUSUK JANGAN TERGESA-GESA_*

*_A. Dalik Rujukan :_*

Sering kali  tergesa-gesa pada saat kita membaca Al-Fatihah di dalam shalat.. tanpa spasi, dan seakan-akan ingin cepat menyelesaikan shalatnya.
 
Padahal pada saat  membaca ayat demi ayat  dari surah Al-Fatihah, *ALLAH Azza wa Jalla.* menjawab setiap ucapan kita.

Dalam Sebuah Hadits Qudsi *Allah SWT* ber-Firman :

ุนَู†ْ ุฃَุจِู‰ ู‡ُุฑَูŠْุฑَุฉَ ุนَู†ِ ุงู„ู†َّุจِู‰ِّ -ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…- ู‚َุงู„َ « ู…َู†ْ ุตَู„َّู‰ ุตَู„ุงَุฉً ู„َู…ْ ูŠَู‚ْุฑَุฃْ ูِูŠู‡َุง ุจِุฃُู…ِّ ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†ِ ูَู‡ْู‰َ ุฎِุฏَุงุฌٌ – ุซَู„ุงَุซًุง – ุบَูŠْุฑُ ุชَู…َุงู…ٍ ». ูَู‚ِูŠู„َ ู„ุฃَุจِู‰ ู‡ُุฑَูŠْุฑَุฉَ ุฅِู†َّุง ู†َูƒُูˆู†ُ ูˆَุฑَุงุกَ ุงู„ุฅِู…َุงู…ِ. ูَู‚َุงู„َ ุงู‚ْุฑَุฃْ ุจِู‡َุง ูِู‰ ู†َูْุณِูƒَ ูَุฅِู†ِّู‰ ุณَู…ِุนْุชُ ุฑَุณُูˆู„َ ุงู„ู„َّู‡ِ -ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…- ูŠَู‚ُูˆู„ُ « ู‚َุงู„َ ุงู„ู„َّู‡ُ ุชَุนَุงู„َู‰ ู‚َุณَู…ْุชُ ุงู„ุตَّู„ุงَุฉَ ุจَูŠْู†ِู‰ ูˆَุจَูŠْู†َ ุนَุจْุฏِู‰ ู†ِุตْูَูŠْู†ِ ูˆَู„ِุนَุจْุฏِู‰ ู…َุง ุณَุฃَู„َ ูَุฅِุฐَุง ู‚َุงู„َ ุงู„ْุนَุจْุฏُ ( ุงู„ْุญَู…ْุฏُ ู„ِู„َّู‡ِ ุฑَุจِّ ุงู„ْุนَุงู„َู…ِูŠู†َ ). ู‚َุงู„َ ุงู„ู„َّู‡ُ ุชَุนَุงู„َู‰ ุญَู…ِุฏَู†ِู‰ ุนَุจْุฏِู‰ ูˆَุฅِุฐَุง ู‚َุงู„َ (ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠู…ِ ). ู‚َุงู„َ ุงู„ู„َّู‡ُ ุชَุนَุงู„َู‰ ุฃَุซْู†َู‰ ุนَู„َู‰َّ ุนَุจْุฏِู‰. ูˆَุฅِุฐَุง ู‚َุงู„َ (ู…َุงู„ِูƒِ ูŠَูˆْู…ِ ุงู„ุฏِّูŠู†ِ). ู‚َุงู„َ ู…َุฌَّุฏَู†ِู‰ ุนَุจْุฏِู‰ – ูˆَู‚َุงู„َ ู…َุฑَّุฉً ูَูˆَّุถَ ุฅِู„َู‰َّ ุนَุจْุฏِู‰ – ูَุฅِุฐَุง ู‚َุงู„َ (ุฅِูŠَّุงูƒَ ู†َุนْุจُุฏُ ูˆَุฅِูŠَّุงูƒَ ู†َุณْุชَุนِูŠู†ُ ). ู‚َุงู„َ ู‡َุฐَุง ุจَูŠْู†ِู‰ ูˆَุจَูŠْู†َ ุนَุจْุฏِู‰ ูˆَู„ِุนَุจْุฏِู‰ ู…َุง ุณَุฃَู„َ. ูَุฅِุฐَุง ู‚َุงู„َ (ุงู‡ْุฏِู†َุง ุงู„ุตِّุฑَุงุทَ ุงู„ْู…ُุณْุชَู‚ِูŠู…َ ุตِุฑَุงุทَ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุฃَู†ْุนَู…ْุชَ ุนَู„َูŠْู‡ِู…ْ ุบَูŠْุฑِ ุงู„ْู…َุบْุถُูˆุจِ ุนَู„َูŠْู‡ِู…ْ ูˆَู„ุงَ ุงู„ุถَّุงู„ِّูŠู†َ ). ู‚َุงู„َ ู‡َุฐَุง ู„ِุนَุจْุฏِู‰ ูˆَู„ِุนَุจْุฏِู‰ ู…َุง ุณَุฃَู„َ 

*Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Barangsiapa yang shalat lalu tidak membaca Ummul Qur'an (yaitu Al Fatihah), maka shalatnya kurang (tidak sah), beliau mengulanginya tiga kali,  maksudnya tidak sempurna.  Maka dikatakan pada Abu Hurairah bahwa kami shalat di belakang imam. Abu Hurairah berkata, Bacalah Al Fatihah untuk diri kalian sendiri karena aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda, "Allah Ta'ala berfirman: _AKU MEMBAGI SHALAT  (MAKSUDNYA : AL FATIHAH) MENJADI DUA BAGIAN, YAITU ANTARA DIRIKU DAN HAMBAKU DUA BAGIAN_ dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika hamba mengucapkan 'alhamdulillahi robbil 'alamin (segala puji hanya milik Allah)', Allah Ta'ala berfirman: Hamba-Ku telah memuji-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan 'ar rahmanir rahiim (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)', Allah Ta'ala berfirman: Hamba-Ku telah menyanjung-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan 'maaliki yaumiddiin (Yang Menguasai hari pembalasan)', Allah berfirman: Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku. Beliau berkata sesekali: Hamba-Ku telah memberi kuasa penuh pada-Ku. Jika ia mengucapkan 'iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in (hanya kepada-Mu kami menyebah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan)', Allah berfirman: Ini antara-Ku dan hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika ia mengucapkan 'ihdiinash shiroothol mustaqiim, shirootolladzina an'amta 'alaihim, ghoiril magdhuubi 'alaihim wa laaddhoollin' (tunjukkanlah pada kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai dan bukan jalan orang yang sesat), Allah berfirman: Ini untuk hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta*  (HR. Muslim No. 395).

Dua bagian Al Fatihah tersebut di atas adalah : 

*1. Tiga Ayat DI ATAS* : _Iyyaka Na'budu Wa iyyaka nasta'in_ adalah *Hak Allah,* dan 

*2. Tiga Ayat DI BAWAH* : _Iyyaka Na'budu Wa iyyaka nasta'in_ adalah : *Urusan Hamba-Nya.*

*_B. Dialog Kita Dengan Allah SWT :_*  

1. Ketika Kita Mengucapkan : *Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin*

Allah menjawab : *Hamba-Ku Telah Memuji-Ku*

2. Ketika Kita Mengucapkan : *Ar-Rahmanir-Rahim*

Allah menjawab : *Hamba-Ku Telah Mengagungkan-Ku*

3. Ketika Kita Mengucapkan :  *Maliki Yaumiddin*

Allah Menjawab : *Hamba-Ku Telah Memuja-Ku*

4. Ketika Kita Mengucapkan : *Iyyaka Na' Budu Wa Iyyaka Nasta'in*

Allah Menjawab : *Inilah Perjanjian Antara Aku dan Hamba-Ku*

5. Ketika Kita Mengucapkan : *Ihdinash Shiratal Mustaqiim, Shiratalladzinaan'amta Alaihim Ghairil Maghdhubi Alaihim Waladdhooliin*

Allah menjawab : *Inilah Perjanjian Antara Aku dan Hamba-Ku. Akan Ku Penuhi Yang Ia Minta*.  Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT di bawah ini :

ูˆَู‚َุงู„َ ุฑَุจُّูƒُู…ُ ุงุฏْุนُูˆู†ِูŠ ุฃَุณْุชَุฌِุจْ ู„َูƒُู…ْ ۚ ุฅِู†َّ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ูŠَุณْุชَูƒْุจِุฑُูˆู†َ ุนَู†ْ ุนِุจَุงุฏَุชِูŠ ุณَูŠَุฏْุฎُู„ُูˆู†َ ุฌَู‡َู†َّู…َ ุฏَุงุฎِุฑِูŠู†َ

*Dan Rabbmu Berfirman :  _Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu_. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku (berdo'a kepada-Ku) akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina* (QS. Al-Mu'min Ayat : 40)

*_C. Disarankan Sebaiknya :_*

1. Berhentilah Sejenak Setelah Membaca Setiap Ayat :

*Rasakanlah jawaban indah dari Allah karena Allah sedang menjawab ucapan kita.*

2  Selanjutnya Kita Ucapkan : *"Aamiin"* dengan ucapan yang lembut, sebab Malaikat pun sedang mengucapkan hal yang sama dengan kita.

Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulullah SAW Sbb : 

ุฅุฐุง ุฃู…ู† ุงู„ุฅู…ุงู… ูุฃู…ู†ูˆุง ูุฅู†ู‡ ู…ู† ูˆุงูู‚ ุชุฃู…ูŠู†ู‡ ุชุฃู…ูŠู† ุงู„ู…ู„ุงุฆูƒุฉ ุบูุฑ ู„ู‡ ู…ุง ุชู‚ุฏู… ู…ู† ุฐู†ุจู‡

*Apabila imam mengucapkan aamiin, maka ucapkanlah aamiin. Karena barangsiapa yang ucapan aamiinnya bersamaan dengan aamiinnya malaikat, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu* (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Jika artikel ini bermanfaat silahkan dibagikan, sampaikan walau satu ayat.

Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulullah SAW Sbb :

ุจَู„ِّุบُูˆุง ุนَู†ِّู‰ ูˆَู„َูˆْ ุขูŠَุฉً

*Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat* (HR. Bukhari No. 3461).

Selanjutnya Rasulullah juga bersabda sbb :

ู…َู†ْ ุฏَู„َّ ุนَู„َู‰ ุฎَูŠْุฑٍ ูَู„َู‡ُ ู…ِุซْู„ُ ุฃَุฌْุฑِ ูَุงุนِู„ِู‡ِ

*Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya*  (HR. Muslim No. 1893).